Sunday 3 January 2016


MAKALAH
“PENGEMBANGAN INTRAPERSONAL SKILLS”
Dosen Pengampu: Mahilda Dea Komalasari. M.Pd.

Disusun Oleh:
Imam Sholeh 12144600082
Linda Astuti 12144600096
Enisiati 12144600097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2015

PENGEMBANGAN INTRAPERSONAL SKILLS
A. Konsepsi Intrapersonal Skills
Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Untuk sukses menjadi seorang yang profesional maupun untuk
kehidupannya, seseorang harus memiliki interpersonal skills yang baik. Untuk memiliki interpersonal skills yang baik, dasarnya adalah intrapersonal skills yang baik pula. Sebagaimana diungkapkan oleh Aribowo kemampuan intrapersonal skill seseorang mesti dibenahi dulu sebelum kemampuan interpersonal skillnya (2005).
Dalam buku Humanisasi Pensisikan (Prof. Darmayanti Zuchidi, Ed.D. (70-71). Intrapersonal atau intrapribadi sama dengan kesadaran akan harga diri yang merupakan slah satu komponen afektif. Komonen yang lain ialah minaat, motivasi, sikap dan nilai. Kesadaran akan harga diri (self-esteem) secara mudah dapat diartikan sebagai sikap terhadap diri sendiri. Karakteristik umum afeki ialah memiliki target, arah, dan intensitas. Dalam mengembangkan kesadaran akan harga diri , ketiga hal tersebut perlu diketahui dengan jelas. Target kesadaran akan harga diri biasanya manusia, tetapi juga dapat berwujud lingkungan, misalnya seklah, keluarga, orang tua, teman sejawat, dan sebagainya. Aranhnya dapat positif atau negatif, sedangkan intensitasnya dapt digambarkan dengan kontinum, dari yang rendah sampai yang tinggi.
Copersmith (1986) mengidentifikasi empat dimensi kesadaran akan harga diri, yaitu bersifat umum (general selft-estem), yang erkait dengan teman ssejawat (peers self-esteem), yang terkait dengan orang tua atau rumah (homr-parent self-esteem), dan yang terkait dengan seklah (school- academic self-esteem). Dalam mengembangkan kesadaran akan harga diri, setiap dimensinuya perlu diperhatikan. Dengan demikian, dapat diketahui ssecara jelas mana ynag perlu ditingkatkan dan bagaiman cara meningkatkanya.
Kunci utama untuk mengembangkan kesadaran akn harga diri yang positif ialah dengan menumbuhkan paeasaan menguasai dan mampu mengatasi masalah perasaan bahwa diri kita bermakna dalam kehidupan. Peningkatan kesadaran akan harga diridikalangan sisa tidak akan tercapai apabila tidak dihubungkan dengan adanya perasaan berhasil yang dialami suswa setelah mencapai tujuan-tujuan yang mereka tentukan sendiri.
Pengembangan kemampuan menguasai diri sendiri sangat penting dalam membentuk pendirian yang kokoh. Robert Strnberg menyebut kemampuan ini dengan intelegensi mengelola diri. Keterampilan ini melibatkan pengetahuan tentang cara memotivasi diri sendiri untuk memaksimalkan pencapaiantujuan (Amstrong, 1993: 134).
Orang yang berhasil dalam masyarakat memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri sndiri (self-directedness) dan menggunakanya untuk mencapai tujuan hidup. Sebagai contoh, Benyamin Franklin baru berumur dua puluh tahun ketika menyusun rencana mengenai bagaimana ia akan bererilaku dalam sisa hidupnya. Rencan tersebut meliputi petunjuk untuk hemat, jujur,rajin, dan memiliki integritas moral. Manajr-manajer yang berhasil juga mnyusun tujuan-tujuan jangka pendek dan mengatur waktu secara efesien. Zaim Elmubarok 2013 Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta




B. Pentingnya Intrapersonal Skills
Intrapersonal Skills merupakan ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara optimal, karena Intrapesonal Skills berfungsi untuk :
1. Membentuk karakter
Karakter adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia. Hidup di zaman modern ini semua serba ada, baik dan buruk, halal haram, benar salah nyaris campur menjadi satu, sulit untuk dibedakan. Maka sebaik-baik orang yang dapat memilah dan memilih suatu perbuatan yang baik, karena perbuatan baik ini akan berdampak pada perilaku manusia, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk karakter:
a. Pembiasaan tingkah laku sopan.
Sopan santun atau etiket adalah akhlak yang bersifat lahir. Ukuran sopan santun terletak pada cara pandang suatu masyarakat. Oleh karena itu cara pandang sopan-santun dan sikap suatu daerah mungkin berbeda dengan cara pandang masyarakat yang lain. Sopan santun diperlukan ketika sesorang berkomunikasi dengan orang lain, dengan penekanan utama pertama kepada orang yang lebih tua atau guru atau atasan, kedua kepada orang yang lebih muda, anah buah, anak, murid, bawahan dan sebagainya, ketiga kepada orang yang setingkat atau sebaya, seusia atau setingkat status sosial.
Disamping itu sopan santun juga berlaku ketika berkomunikasi dengan kawan atau lawan. Komunikasi dengan lawan memerlukan kekuatan diplomatis yang lebih kuat dibandingkan dengan perilaku kasar. Kesopanan bisa menambat hati lawan, sebaliknya kekerasan akan menimbulkan dendam.
Sopan santun pada anak tertanam melalui kebiasaan sehari-hari di rumah. Apa yang diajarkan orang tua di rumah akan melekat pada diri anak. Sopan santun pada remaja tertanam disamping melalui kebisaan dalam rumah juga melalui proses pergaulan teman sebaya, di sekolah atau melalui suatu tontonan. Sedangkan sopan santun pada remaja disamping karena perbekalan pada masa anak-anak dan remaja terbentuk melalui perilalu para tokoh masyarakat, terutama tokoh yang dihormati dan diidolakan
b. Kebersihan, kerapian dan ketertiban
Pengetahua tentang hubungan kebersihan dengan lingkungan dibentuk melalui proses pendidikan, tetapi kepekaan terhadap kebersihan dibangun melalui proses pembiasaan sejak kecil. Konsisitensi orang tua terhadap keharusan anak untuk cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, mandi dan gosok gigi secara tertur, menyapu lantai dan halaman rumah, buang sampah di tempat sampah, menempatkan sepatu ditempatnya, merapikan baju dan buku dikamarnya. Merapikan tempat tidur setiap bangun tidur, adalah merupakan pekerjaan membiasakan anak pada hidup bersih hingga kedasaran akan kebersihan itu menjadi bagian dari kepribadiannya.
Pada usia remaja kebersihan harus didukung oleh pengetahuan empirik, misalnya melihat benda dan air kotor, tangan kotor dan sebagainya dengan mikroskup sehingga bisa menyaksikan sendiri kuman-kuman penyakit pada sesuatu yang kotor tersebut. Adapun perilaku bersih pada masyarakat diwujudkan dengan pengaturan yang bersistem, misalnya sistem pemeliharaan kebersihan umum lengkap dengan sarana yang tesedia, sistem sanitasi, sistem pembuangan limbah ditempat umum kemusian didukung dengan peraturan yang menjamin kelangsungan hidup bersih dan tertib. Singapura misalnya mengenakan denda sekitar lima ratus ribu rupiah bagi orang yang hanya membuang puntung rokok secara sembarangan.
c. Kejujuran
Kejujuran merupakan sifat terpuji. Dalam bahasa arab disebut dengan istiah siddq dan amanah. Siddiq artinya benar, amanah artinya dapat dipercaya, ciri orang jujur adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos. Dalam sifat amanah mengandung arti cerdas, yakni kejujuran yang disampaikan dengan bertanggung jawab. Jujur bukan berarti mengatakan semua yang diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang mengandung kebaikan dan tidak menyebutnya jika diperkirakan memabawa akibat buruk bagi dirinya dan orang lain.
d. Disiplin.
Tingkah laku disiplin dilakukan karena mengikuti suatu komitmen. Disiplin bisa berhubungan dengan kejujuran, bisa juga tidak. Kejujuran juga diwariskan oleh genetika orang tuannya, terutama ketika anak masih dalam kandungan, secara psikologis dapat menetas pada anaknya. Keharmonisan orang tua didalam rumah akan sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian anak-anak pada umur perkembangannya. Ketika anak masih kecil, pantang orang tua bebohong kepada anaknya, karena kebohongan yang diarasakan oleh anak akan menimbulkan kegelisahan serta merusak tatanan psikologi seorang anak.
Pada anak usia kelas IV SD hingga SLTP, kejujuran sebaiknya dibiasakan sejalan dengan kedisplinan hidup, disiplin belajar, disiplin ibadah, displin bekerja membantu orang tua di rumah, disiplin keuangan dan dan disiplin agenda harian anak. Pada anak usia SMA kejujuran dan kedisiplinan yang ditanamkan harus sudah disertai alasan yang rasional, baik dalam kehidupan dalam rumah tangga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Sistem punishment dan reward sudah bisa diterapkan secara rasional.
Pada usia mahasiswa, kejujuran dan kedisiplinan dinisyakan melalui pemberian kepercayaan dalam berbagai tanggungjawab.kepada mereka sudah ditekankan komitmen dan substansi, sementara prosedur dan teknik mungkin harus sudah diserahkan kepada seni dan kreatifitas mereka.
Pada orang dewasa yang sudah bekerja, kejujuran dan kedisiplinan diterapkan melalui pelaksanaan sistem dimana peluang untuk berbuat tidak jujur dipersempit. Misalnya dengan pengawasan yang transparan. Betapapun orang jujur dapat berubah menjadi tidak jujur menakala peluang tidak jujur dan tidak disiplin terbuka tanpa pengawasan.
2. Membentuk kepercayaan/keyakinan
Di sekitar kita msih sering kita menemukan orang yang kurang percaya diri. Kekurangan kepercayaan diri ini menghambat kemajuan yang dilakukan sesorang. Untuk menumbuhkan kepercayaan diri ini adalah embentuk dan melatih 3 pendekar dalam diri anda. Apabila kita membentuk dan meltih 3 pendekar dalam diri dengan baik akan menumbuhkan kepercayaan diri yang baik.
Tiga pendekar yang dimaksud berdasarkan uraian Brian Tracy dalm bukunya Change Your Tinking Change Your Life adalah self-ideal, self-image, dan self-esteem. Self-ideal terdiri atas semua harapan, impian, visi, dan idaman kita. Orang yang memiliki self-ideal yang baik aakan embentuk kepercayaan diri yang baik pula. Orang yang tahu siapa diri mereka dan apa yang dia yakini secara konsisten dengan niali ideal yang dianut.
Selft-image merupakan bagian yang menjukan bagaimana kita meliahat diri kita dan pendapat kita tentang diri kita. Pada bagian ini kita akan melihat ke dalam diri kita dan memntukan bagaimana kita sebaiknya bertingkah laku. Self-image akan mempengaruhi berbagai emosi, prilaku, sikap, dan bagaiman interaksi kita dengan orang lain. Untuk memiliki kepercayaan diri yang baik, kita harus menciptakan self-image yang baik pula.
Self-esteem dapat dilatakan ‘inti reaktor’ kepribadian kita. Self-esteem adalah seberapa besar kita mencintai diri kita. Self-esteem menjadi sumber energi yang menentukan tingkat kepercayaan diri kita. Smakin kita mencintai diri kita akan semakin meningkatkan tingkat kepercayaan diri kita.
Kita dapat memeriksa self-ideal saat ini. Apakah self-ideal sudah sesuai harapan dan kebutuhan kita? Kita dapat menata ulang self-ideal pada kehidupan kita. Kita dapat memat ulang self-ideal sehingga mebawa dampak yang positif dalam kehidupan kita. Bingkai uang harapan, impian, visi dan idaman yang dapat mendorong kita menuju kehidupan yang lebih baik sekaligus meningkatkan kepercayaan diri kita.
Hal yang sama juga dapat terhadap self-image yang ada selama ini, kita menilai kembali apakah self-image tersebut sudah baik menunjang kegiatan kita sehari-hari? Kita dapat memodel tokoh yang kita kagumi dalam membentuk self-image yang baru. Bagaiman self-image tokoh tercermin dalam prilakunya yang baik dapat menjadi model kita.
Apakah kita juga mencintai didri kita dengan takaran yang tepat, perlu kita evaluasi kembali? Takaran yang kurang akan berpengaruh pada rendahnya kepercayaan diri, sebaliknya takaran yang lebih dapat menimbulkan kepercayaan diri yang berlebihan (over confiden). Orang bijak mengatakan cintailah dirimu seperti mencintai orang lain.
Kita dapat memfokuskan diri untuk menerima dan mencinai diri kita sesuai self-ideal, self-image, dan self-esteem yang bermanfaat. Setelah itu kita perlu mengembangkan diri melalui pembelajaran secara terus menerus. Dengan demikian kepercayaan diri kita akan terus-menerus tumbuh dan berkembang seiring dengan tumbuh dan berkembangnya self-ideal, self-image dan self-esteem kita.
3. Manajemen perubahan
a. Pengertian managemen perubahan menurut beberapa ahli sebeagi berikut
Menurut Wibowo, dalam bukunya Manajemen perubahan. Managemn perubahan adalah suatu pross secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses tersebut.
Menurut Prof. Dr. J. Winardi, managemen perubahan adalah upaya yang ditempuh manajer untuk memanjemen perubahan secara efektif, dimana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivsi, kepemimpinan, kelompok, konflik, dan komunikasi.
Managemen perubahan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena adanya perubahan dalam organisasi. Organisasi dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut.
Managemen perubahan ini merupakan proses, alat, dan teknik untuk mengelola organisasi proses perubahan, untuk mencapai hadil yang diperlukan, dan mewujudkan perubahan secara efektif di dalam individu, tim, dan sistem yang luas.
Lembaga pendidikan sekolah ini adalah institusi yangpaling efektif untuk melakukan rekonstruksi dan meperbaiki masyarakat melalui pendidikn individu, dan pendidikan tidak hanya harus membawa perubahan masyarakat akan tetapi mengubah tata sosial dan mengatur perubahan sosial.
Mangemen perubahan ini ditunjukan untuk memberikan solusi yang diperlukan dengan sukses dengan cara yang terorganisasi dan dengan metode melalui engelolaan dampak perubahan pasa orang yang terlibat didalamanya.
b. Tahapan perubahan
Untuk melakukan suatu proses dalam perubahan atau teransformasi secara berhasil membutuhkan sejukmlah tahapan antara lain sebagai berikut
1) Membangun kebutuhan untuk melakukan perubaha. Artinya suatu perubahan tidak akan berhasil tanpa ditopang oleh sebuah keutuhan yang jelas. Dalam tahap ini kita perlu memberikan sejumlah alasan untuk bisa menumbuhkan kesadaran untuk berubah.
2) Menciptakan visi dan tujuan perbahan. Kita sadar baha perubahan merupakan suatu kebutuhan yang perlu dilakukan. Maka untuk itu dalam fase berikutnya kita mesti membngun tujuan dari perubahan itu sendiri secara jelas. Karena visi dan tujuan dari perubahan ini akan memberikan arahan yang jelas bagi proses transformasi yang tengah dilakukan.
3) Mengelola implementasi proses perubahan. Tekad dan tujuan perubahan yang sudah dideklarasikan hanya akan sia-sia jika tidak didukung denga implementasi yang jelas dan sistematis.
4) Memelihara momentum perubahan. Hal ini perlu dilakukan gar proses perubahan yang telah dijalankan tetap berada on track, dan tidak mundur kebelakang. Beberapa tindaakan konkrit yang dapat dilakukan sdisini antara lain adalah membangun suport system bagi para change agent. Selain itu juga perlu dikembangkan kompetensi dan prikalu beru yang lebih sesuai dengan tujuan perubahan yang hendak diraih
4. Manajemen stress
Manajemen steress adalah usaha untuk mencegah timbulnya stress, meningkatkan ambang stress dari individu dan menampung akibat fisiologi dari stress adalah membuat perubahan dalam cara berfikir dan merasa dalam cara berperilaku, dan sebagai kecakapan menghadapi tantangan.
5. Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah suatu proses yang berhubungan dengan pencapaian dalam suatu periode tertentu dengan penggunaan sumber daya secara efesien dan efektif. Dapat pula dikatakan bahwa manajemen waktu adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan juga pengawasan mengenai produktifitas tertentu.
6. Proses berfikir kreatif
Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Semakin kreatif seseorang, semakin banyak alternatif penyelesaiannya.
Berpikir merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup.
Dalam proses mengatasi suatu masalah, kita sering berpikir dengan cara berbeda-beda. Para psikolog dan ahli logika mengenal beberapa cara berpikir. Namun, tidak semua efektif bagi proses pemecahan masalah.
Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut J.C. Coleman dan C.L. Hammen (1974), berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru - dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni.
Sedangkan D.W. Mckinnon (1962) menyatakan, selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang baru bisa dikatakan berpikir secara kreatif apabila memenuhi dua persyaratan.
Pertama, sesuatu yang dihasilkannya harus dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan di ibukota, bisa saja seorang walikota mempunyai gagasan untuk membuat jalan raya di bawah tanah. Memang, gagasan itu baru, tetapi untuk ukuran Indonesia solusi itu tidak realistis. Dalam kasus itu, sang walikota belum dapat dikatakan berpikir secara kreatif.
Kedua, hasil pemikirannya harus merupakan upaya mempertahankan suatu pengertian atau pengetahuan yang murni. Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan atau pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan. Misalnya, seorang perancang busana mampu menciptakan rancangannya yang unik dan mempesona. Perancang itu dapat disebut kreatif kalau rancangan itu memang murni idenya, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain.
Menurut ahli lain, Dr. Jalaludin Rakhmat (1980) untuk bisa berpikir secara kreatif, si pemikir sebaiknya berpikir analogis.
Jadi, proses berpikirnya dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal lain yang sudah dipahami. Kalau menurut pemahaman si pemikir, kesuksesan adalah keberhasilan mencapai suatu tujuan, maka saat ia berpikir tentang kesuksesan, ciri-ciri berupa "berhasil mencapai tujuan" menjadi unsur yang dipertimbangkan.
Misalnya, seseorang dikatakan sukses bila ia dengan bekerja keras telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Tanpa tujuan yang jelas sulit bagi seseorang untuk bisa sukses. Namun, karena setiap orang mempunyai tujuan berbeda, maka standar kesuksesan setiap orang pun berbeda.
Di samping berpikir secara analogis, untuk berpikir secara kreatif, si pemikir juga harus mengoptimalkan imajinasinya untuk mereka-reka berbagai hubungan dalam suatu masalah.
7. Menentukan tujuan hidup
Determining your goal, tentukan tujuan hidup anda. Sebelum anda melangakh, anda sudah harus muli memutuskan tujuan hisdup anda ingin pergi kemana. Daya rasa ini satu hal yang sangat rasional dan logis. Kalu anda ingin pergi ke jakarta ke bali, tentu saja anda sudaj menentukan dari jakarta anda akan translit dimana saja kalau menggunakan kendaranan priadi. Kali anda ingin keluar negeri, anda harud menentukan untuk beli tiket, anda harus mentukan rute perjalanan pesawat anda akan kemana. Kali anda mau pergi ke mekah atu jeddah, makaanda harus translit dimnja atu anda harus berhenti disuatu tempat untuk beberapa hari kemudian baru menuju kepada tempat yang akan dituju.
Pada dasarnya anda sidah mentukan tujuan sebelum anda melangkah. Begitu pi;a dalam keidupan ini, sebelum anda melangkah dalam kehidupan ini, cobalah tentukan tujuan langkah anda akan kemana. Terminal akhir anda akan kemana. Ini salh satu peryaratan dan strategi kita untuk menjadi signifkan. Tentukan tujuan sejak dari awal sebelum anda melangkah.
Kenapa kita harus menetukan tujuna sebelum melangkah? Pertama, efesiensi. Jangan sampai kita menjalanai suatu kehidupan tanpa arah, kemudian kita menghabiskan srluruh energi dan potensi kita untuk hal yang tidak jelas. Yangkedua, akan membangkitkan suatu semngat dan spirit dan sia memahami tujuan yang kan dia capai, maka sia akan lebih bersemangat mencapainya.
C. Pengembangan Intrapersonal Skills Peserta Didik
Untuk mendiseminasikan soft skill pada para siswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari guru. Maka, Ichard skill yang juga turut merumuskan pengembangan soft skill di ITB, mendukung pelaksanaan pelatihan bagi para guru supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Menurutnya, guru harus bisa jadi living example. Dari mulai datang tepat waktu, mengoreksi tugas, dan sebagainya. Bukan apa-apa, kemampuan presentasi dan menulis siswa masih banyak yang belum bagus. Guru juga harus bisa melatih siswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena siswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Lihat di Indonesia, korupsi begitu menjamur, karena orang sudah terbiasa tidak jujur sejak masa sekolah.
Soft skill yang diberikan kepada para siswa dapat diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Menurut Saillah (2007), materi soft skill yang perlu dikembangkan kepada para siswa, tidak lain adalah penanaman sikap jujur, kemampuan berkomunikasi, dan komitmen. Untuk mengembangkan soft skill dengan pembelajaran, perlu dilakukan perencanaan yang melibatkan para guru, siswa, alumni, dan dunia kerja, untuk mengidentifikasi pengembangan soft skill yang relevan.
Tentu saja pengidentifikasian tersebut bukan sesuatu yang “hitam-putih”, tetapi lebih merupakan kesepakatan. Dengan asumsi semua guru memahami betul “isi” pembelajaran yang dibina dan “memahami” konsep soft skill beserta komponen-komponennya, maka pengisian akan berlangung objektif dan cermat. Dengan cara itu setiap guru mengetahui komponen soft skill apa yang harus dikembangkan ketika mengajar.
Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test. Bagaimana untuk menilai soft skill siswa? Evaluasi dengan kertas dan pensil dengan jawaban tunggal (konvergen) tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan model soal yang divergen dengan jawaban beragam. Ketika siswa mengidentifikasi informasi, sangat mungkin hasilnya beragam dan semuanya benar. Demikian pula ketika siswa menyampaikan pendapat. Komponen kesadaran diri juga lebih dekat dengan ranah afektif, sehingga evaluasinya tidak dapat hanya dengan tes. Diperlukan format observasi guna mengetahui apakah siswa memang sudah menghayati yang direpresentasikan dalam tindakan keseharian. Tes kinerja dan lembar observasi juga diperlukan untuk mengetahui kinerja siswa dalam mengerjakan tugas/tes maupun perilaku keseharian. Substansi ujian sebaiknya dikaitkan dengan masalah nyata, sehingga dapat menjadi bentuk authentic evaluation paling tidak berupa shadow authentic evaluation yang bersifat pemecahan masalah (problem based).
Cara lain untuk menilai soft skill yang dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan menyeluruh dengan pendekatan behavioral interview. Dengan behavioral interview, diharapkan siswa lulus tidak hanya memiliki hard skill namun juga didukung oleh soft skill yang baik.
langkah-langkah penyusunan pengembangan softskills dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Indetifikasi softskills, identifikasi softskills apa saja yang dibutuhkan oleh lulusan jurusan anda. untuk memperoleh ini, dapat dilakukan dengan meminta masukan dari alunmi ataupun industri pengguna lulusan.
2. Definisi softskills, setelah softskills yang dibutuhkan diidentifikasi, maka "pilihlah" softskills yang memang "paling" penting diadopsi dalam kurikulum jurusan anda.
3. Program pengembangan, (1) written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan softskills yang telah ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. dengan demikian penguasaan mahasiswa terhadap softskills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut. (2) hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosen-mahasiswa. dosen sebagai panutan (role model). dapat juga dilakukan dengan menciptakan atmosfir akademik di lingkungan jurusan anda. (3) Co-curriculum, manfaatkan kegiatan seperti magang (internship), kerja praktik (KP), ataupun KKN (kuliah kerja nyata). (4) Extra-curriculum, libatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk melatih softskills mahasiswa tersebut.
4. Evaluasi softskills, tentukan alat ukur yang sesuai untuk menilai softskills yang talah anda masukan ke dalam kurikulum jurusan anda.
Intrapersonal Skills juga sangat berpengaruh untuk:
a) Menciptakan citra diri Positif
Orang tua atau guru dapat memberikan citra positif, citra diri yang baik pada anak yaitu dengan menampilkan sikap hangat namun tegas pada anak, sehingga anak tetap memunyai rasa hormat pada orang yang lebih tua. Selain itu orang tua juga menghormati dan peduli pada anaknya, hal ini akan menawarkan lebih mudah pada masalah perhatian, penghargaan, dan penerimaan pada anaknya.
b) Menciptakan suasana lingkungan yang aman
Bila suasana lingkungan tidak mendukung kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri seorang anak, akibatnya yang terjadi anak akan menolak dan tidak menghargai kondisi dan suasana lingkiungan. Untuk itu orang tua perlu menghindari situasi seperti itu, agar kemampuan intrapersonal anak tidak terhambat.
Dalam mengembangakan intrapersonal peserta didk atau siswa tidak hanya dari guru saja melaikan orang tua juga ikut berpartisipasi. Hal yang dilakukan tentunya tidak berbeda jauh antara guru dan orang tua atau wali murid, prilaku pengembangan tersebut bisa sam.Beberapa contohnya sebagai berikut:
1) Anak tentu memiliki suasana hati yang dialaminya pada suatu saat tertentu, agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya,beri anak kegiatan tulis menulis kegiatannya. Dengan begitu anak dapat menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan ataupun gambar.
2) Orang tua dapat menanyakan pada anak dengan suasana santai, hal-hal apa saja yang ia rasakan sebagai kelebihannya dan dapat ia banggakan serta kegiatan apa saja yang saat ini tengah ia minati. Orang tua sebaiknya membantu anak menemukan kekurangan dirinya, semisal sikap-sikap negatif yang harus diperbaiki.
3) Memberikan kesempatan menggambar diri sendiri dai sudut pandang anak. Tak jauh berbeda dengan kegiatan mengisi jurnal pribadi, kegiatan menggambar ini akan membuat anak seakan ”berkaca” dalam melihat siapa dirinya sesuai dengan perasaannya, dan apa yang dia lihat sendiri, ini berguna bagi anak untuk menambah kemampuannya melihat diri sendiri.
4) Melakukan perbincangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti. Biarkan anak mengkhayalkan masa depannya. Dari kegiatan ini orang tua dapat mengetahui bagaimana anak membimbing dirinya disaat ini dan juga saat yang akan datang
5) Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh satu cerita. Berandai-andai menjadi satu tokoh cerita yang dia gemari, hal ini dapat dilakukan untuk mengasah kecerdasan intrapersonal.
DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti Zuhdi, (2008). Humanisasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Reza M. Syarief, (2005). Life Exellence, Menuju Hidup Lebih Baik, Jakarta: Prestasi.
Yosandy L.S. (2010). You Are The Real Personal Success, Jakarta: PT elex Media Komputindo Kompas Gramedia.
http://digilib.uinsby.ac.id/9472/5/bab%202.pdf
http://id.shvoong.com/social-sciences/1882455-pengembangan-softskill dalapembelajaran/
http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26827:integrasi-pembelajaran-soft-skill-dan-hard-skill-hasilkan-sdm-cerdas-dan-berakhlak&catid=56:edukasi&Itemid=63
http://darknesoft skill4g.wordpresoft skill.com/2009/09/26/apa-arti-dari-softskill-dalam-pembelajaran/
http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/penerapan-softskill-bagi-tenaga-pendidik.html
http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/08/pembelajaran-aktif-akper.pdf
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/pengembangan-soft-skill-dalam.html

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Terintegrasi


No comments: